Kamis, 24 Maret 2011

Pertanyaan dan Jawaban untuk Membungkam Ocehan Atheis


Ini adalah cerita untuk para ateis.....silakan direnungkan....tidak ada maksud untuk melecehkan..

Salah besar apa bila anda mengatakn bahwa ini Posting SARA (Suku, Agama, Ras dan Antar golongan)...baca dlo mpe siap baru ngejeblak....jgn asal cakap tanpa baca....kebiasaan atheis tu....

Indonesia berdasarkan pancasila tidak membenarkan adanya ateis....sila 1 Ketuhanan Yang Maha Esa...jadi golongan ateis dianggap tak berhak hidup di Indonesia secara kenegaraan....

tapi secara manusiawi mereka berhak hidup....manusia yang hidup tanpa mengakui Tuhan dan agama sama saja dengan gerombolan binatang yang hidup di hutan....binatang tidak tahu apakah Tuhan itu ada atau tidak...tetapi mereka tetap dibiarkan hidup dan berhak mendapatkan makanan.

_____________________________________________________


Syaikh Habban berkata, “Anakku, inilah yang sedang kurenungkan dari tadi. Aku menerima surat dari raja, memerintahkan aku agar segera datang ke kota. Di sana sedang ada bencana besar dengan datangnya seorang Dahry (Atheis). Si Dahry telah menantang para ulama untuk berdebat dan mengadu hujjah tentang ada atau tidak adanya Tuhan. Si Dahry tentu saja berpendirian bahwa Tuhan itu tidak ada. Raja memintaku untuk menghadapi si Dahry. Pohon besar dalam mimpimu itu adalah aku. Babi itu adalah si Dahry. Sedangkan ular kecil itu adalah engkau, anakku. Sekarang pergilah menghadap Raja atas namaku. Allah menyertaimu.”

Ketika Hanafi kecil menghadap Raja dengan membawa surat balasan, Sang Raja agak terkejut. Anak belasan tahun berani menghadapi si Dahry. Namun Raja sadar bahwa Syaikh Habban adalah seorang khawwashul khawwash.

Pada hari yang ditentukan, persidangan pun diadakan dengan dihadiri orang banyak. Ketika mengetahui bahwa lawannya adalah seorang anak kecil, si Dahry protes, “Tuanku, saya keberatan melakukan perdebatan dengan seorang anak kecil.”

Mendengar protes si Dahry, Hanafi kecil mengacungkan tangan dan bersuara dengan lantang, “Tuanku Raja yang mulia, saya juga sangat berkeberatan untuk melakukan debat dengan ‘orang yang tidak punya aqal’ seperti si Dahry ini.

Si Dahry mencak-mencak di hadapan Raja karena merasa terhina, “Tuanku, saya telah dihina di depan umum. Saya mohon agar Tuanku Raja menangkap anak kecil ini atau guru yang memberi kuasa kepadanya.”

Hanafi kecil membantahnya, “Tuanku Raja, ini adalah awal perdebatan. Bukan suatu penghinaan.”

Raja agak heran dan bertanya, “Hai anak kecil, apa alasanmu bahwa ucapanmu itu bukan suatu penghinaan?”

Hanafi kecil berdiri sambil menudingkan tangannya kepada si Dahry, “Hai Dahry! Kalau Anda mengaku beraqal, coba buktikan, di depan saya dan persidangan ini, mana dia aqal Anda, bagaimana bentuknya, apa warnanya? Silahkan buktikan kepada kami jika aqal Anda memang benar-benar ada. Agar kami semua bisa menyaksikannya.”

Si Dahry bertambah marah, “Hai anak ingusan! Itu pertanyaan gila dan tolol. Tidak ada seorang pun di dunia ini yang dapat menunjukkan bentuk, rupa dan warna aqalnya. Pertanyaan bodoh, hai anak kecil!”

Dengan tersenyum si Hanafi kecil berkata, “Hai Dahry, pertanyaan Anda lebih bodoh dari pertanyaan saya. Kenapa Anda hendak meminta dibuktikan bentuk dan rupa Tuhan, sedang Anda sendiri tidak bisa membuktikan bentuk dan rupa aqal Anda.”

Si Dahry pun diam seribu bahasa. Dia merasa terjebak dengan perkataannya sendiri.

-----------------------------------------

Ada kisah menarik yang tertulis di buku al Aqidah al Islamiyyah wa Ususuha. Siang, ketika mengisi perkuliahan, seorang dosen mempertanyakan kepada segenap mahasiswanya, “Apakah Tuhan itu ada ?” “Ada.” Jawab semua mahasiswa kompak. “Kalau ada, apa buktinya?” kata dosen melanjutkan, “Kita hanya meyakini dan mengimani sesuatu yang bisa kita indra saja. Kalau Tuhan tidak bisa kita lihat, maka kita tidak bisa mengimaninya.” Para mahasiswa terkesiap, ternyata dosennya adalah orang yang tidak mempercayai keberadaan Tuhan. Untuk beberapa saat, suasana hening. Setelah itu, ada seorang mahasiswa yang duduk dibelakang mengangkat jarinya ingin memberikan jawaban, “Apakah kita hanya meyakini sesuatu yang kasat mata saja; bisa diindra?” “Ya.”jawab dosen tadi. Mahasiswa ini melanjutkan, “Kalau begitu, saya berpendapat bahwa pak dosen tidak punya otak karena saya tidak melihat otak bapak.” Dosen ini tercekat. Terdiam. Wajahnya merah padam karena malu. Mungkin ia berpikir juga, “Betul juga ya, otak saya mana?” ha ha, dasar orang atheis.

IMAM ABU HANIFAH R.A menjawab pertanyaan para atheis:

I.Kapan Allah itu ada?

Atheis : Pada tahun berapa Robbmu dilahirkan?
Abu Hanifah :Allah berfirman: "Dia (Allah) tidak melahirkan dan tidak dilahirkan."
Atheis :Pada tahun berapa Dia berada?
Abu Hanifah : Dia berada sebelum adanya sesuatu.
Atheis :Kami mohon diberi contoh yang lebih jelas dari kenyataan!
Abu Hanifah :Angka berapa sebelum angka empat?
Atheis :Angka Tiga
Abu Hanifah :Angka berapa sebelum angka tiga?
Atheis :Angka dua
Abu Hanifah :Angka berapa sebelum angka dua?
Atheis :Angka satu
Abu Hanifah :Angka berapa sebelum angka satu?
Atheis :Tidak ada angka (nol).
Abu Hanifah :Kalau sebelum angka satu tidak ada angka lain yang mendahuluinya, kenapa kalian heran kalau sebelum Allah Yang Maha Satu yang hakiki, tidak ada yang mendahului-Nya?

ada yg bilang ad -1,-2,-3....tapi tetep aja kn baliknya ke angka 1....

II. Maksud Allah Menghadap Wajahnya

Atheis: Kemana Robbmu menghadapkan wajahnya?
Abu Hanifah: Kalau kalian membawa lampu di gelap malam,kemana lampu itu menghadapkan wajahnya?
Atheis: Ke seluruh penjuru.
Abu Hanifah: Kalau demikian halnya dengan lampu yang cuma
buatan itu, bagaimana dengan Allah Ta'ala, nur cahaya langit dan bumi?

III. Zat Allah SWT

Atheis: Tunjukkan kepada kami tentang zat Robbmu, apakah ia benda padat seperti besi, atau cair seperti air, atau menguap seperti gas?
Abu Hanifah: Pernahkah kalian mendampingi orang sakit yang akan meninggal?
Atheis: Ya, pernah.
Abu Hanifah: Semula ia berbicara dengan kalian dan mengge rak-gerakkan anggota tubuhnya. Lalu tiba-tiba diam dan tidak bergerak. Nah apa yang menimbulkan perubahan itu?
Atheis: Karena nyawanya telah meninggalkan tubuhnya.
Abu Hanifah: Apakah waktu keluarnya nyawa itu kalian masih ada disana?
Atheis: Ya, kami masih ada
Abu Hanifah:Ceritakanlah kepadaku, apakah nyawanya itu benda padat, seperti besi, atau cair seperti air, atau menguap seperti gas?
Atheis: Entahlahlah kami tidak tahu.
Abu Hanifah: Kalau kalian tidak bisa mengetahui bagaimana zat maupun bentuk nyawa yang hanya sebuah makhluk,
bagaimana kalian bisa memaksaku untuk mengutarakan zat Allah Ta'ala?!!

IV. Dimana Allah SWT

Atheis: Dimana kira-kira Robbmu itu berada?
Abu Hanifah: Kalau kami membawa segelas susu segar ke sini, apakah kalian yakin kalau dalam susu itu terdapat zat minyaknya (lemak)
Atheis: Tentu
Abu Hanifah: Tolong perlihatkan padaku, dimana adanya Zat minyak itu
Atheis: Membaur dalam seluruh bagiannya
Abu Hanifah: Kalau minyak yang makhluk itu tidak mempunyai tempat khusus dalam susu tersebut, apakah layak
kalian meminta kepadaku untuk menetapkan tempat Allah ta'ala?

V. Takdir Allah SWT

Atheis: Kalau segala sesuatu sudah ditakdirkan sebelum diciptakan, lalu apa kegiatan Robbmu kini?
Abu Hanifah: Ada pekerjaan-Nya yang dijelaskan dan ada pula yang tidak dijelaskan
Atheis: Kalau orang masuk syurga ada awalnya,
kenapa tidak ada akhirnya? Kenapa di syurga kekal selamanya?
Abu Hanifah: Hitungan angka pun ada awalnya tapi tidak ada akhirnya
Atheis: Bagaimana kita bisa makan dan minum disyurga tanpa buang air besar dan kecil?
Abu Hanifah: Kalian sudah mempraktekkannya ketika kalian berada di dalam perut ibu kalian. Hidup dan makan-minum selama sembilan bulan, akan tetapi tidak pernah buang air kecil dan besar disana. Baru kita
lakukan hajat tersebut setelah keluar beberapa saat ke dunia.
Atheis: Bagaimana kebaikan syurga akan bertambah dan tidak akan habis-habisnya jika dengan dinafkahkan?
Abu Hanifah: Allah juga menciptakan sesuatu di dunia, yang bila dinafkahkan malah bertambah banyak,seperti ilmu. Semakin diberikan ilmu kita semakin berkembang dan tidak berkurang.

VI. Bukti Adanya Allah

Atheis: Perlihatkan bukti keberadaan Robbmu kalau memang dia ada
Abu Hanifah ra berbisik kepada khadamnya agar mengambil tanah liat, lalu dilemparkannya tanah liat itu ke kepala pemimpin orang atheis itu. Para hadirin gelisah melihat peristiwa itu, khawatir terjadi keributan, tetapi Abu Hanifah menjelaskan bahwa hal ini dalam rangka untuk menjelaskan jawaban yang di minta kepadanya. Hal ini membuat orang atheis mengenyitkan dahi,
Abu Hanifah: Apakah lemparan itu menimbulkan rasa sakit di kepala anda?
Atheis: Ya, tentu saja.
abu hanifah: Dimana letak sakitnya?
Atheis: Ya, ada pada luka ini.
Abu Hanifah: Tunjukkanlah padaku bahwa sakitnya itu memang ada, baru akan menunjukkan kepadamu dimana Robbku!
Orang atheis itu tidak menjawab tentu saja tidak bisa menunjukkan rasa sakitnya, karena itu adalah suatu rasa dan ghaib tapi rasa sakit itu memang ada.
Atheis: Baik dan buruk sudah ditakdirkan sejak azal, tetapi kenapa ada pahala dan siksa?
Abu hanifah: Kalau anda sudah mengerti bahwa baik dan buruk itu bagian takdir, mengapa anda kini menuntut aku agar di hukum karena melempar tanah liat ke dahi anda? bukankah perbuatan itu bagian dari takdir?
Akhirnya perdebatan itu berakhir dengan masuk Islamnya para atheis tersebut di tangan Al Imam abu hanifah radhiallahu.

Pertanyaan standar atheis dan jawabnya:

Atheis bertanya: “benarkah alam semesta diciptakan oleh tuhan? lalu siapa pencipta Tuhan sehingga Tuhan itu ada?”

Pak ustadz yang ditanya menjawab: Jika orang-orang atheis berkeyakinan bahwa segala sesuatu haruslah masuk akal agar bisa dipercayai justru pertanyaan yang diajukan olehnya tidaklah masuk akal. Hal ini menandakan bahwa pertanyaan tersebut bukanlah muncul dari akal sehat karena akal sehat tidaklah bertabrakan dengan kebenaran. Akan tetapi pertanyaan itu muncul dari bisikan setan didalam hatinya.

Syeikh Muhammad Shaleh al Munjid mengatakan jika kita membuka perdebatan terhadap pertanyaan Siapa Pencipta tuhan ? maka si penanya akan bertanya lagi : Siapa Pencipta yang Menciptakan Tuhan ? lalu Siapa Pencipta yang menciptakan si Pencipta Tuhan ? begitu seterusnya tanpa ada akhirnya, dan ini tidaklah masuk akal.Dengan demikian jelaslah bahwa pertanyaan semacam itu adalah dari setan yang ingin merusak agama dan akal sehatnya dan mejauhkannya dari Allah swt dan kebenaran.
Mungkin saja jawaban seperti ini tidak diterima oleh seorang yang kafir kepada Allah dikarenakan sifat inkar dan dusta yang ada didalam hatinya telah menutupi kebenaran dan akal sehatnya namun tidak bagi seorang mukmin yang hatinya senantiasa hidup dengan mengingat Allah serta meyakini bahwa Allah adalah Sang Pencipta seluruh makhluk-Nya dan Dia lah Yang Awal dan Yang Akhir.

http://kask.us/7528189


Digg Google Bookmarks reddit Mixx StumbleUpon Technorati Yahoo! Buzz DesignFloat Delicious BlinkList Furl

17 komentar: on "Pertanyaan dan Jawaban untuk Membungkam Ocehan Atheis"

Unknown mengatakan...
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
Unknown mengatakan...
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
Cond Rock mengatakan...

Atheis lokal kampungan yang gak berpendidikan...atheis luar negri yang berpendidikan aja banyak yang masuk islam..ente siapa sekolah apa,dasar sombong sok gak mengakui tuhan,biar disangka pinter kaya orang luar negri,sekolah ampe mana siih ente..hhaha liat Dr.Zakir Naik di youtube itu sarjana perbandingan agama.

Unknown mengatakan...

Dhio fajrian..Saya akui anda pintar soal kedokteran..Sekarang sy singkat.. saya tanya lagi pada anda ? drimana organ organ dalam tubuh tercipta ?? bagaimana bisa organ tubuh berjalan sesuai dgn perannanya...?? anda ingin sekali melihat Tuhan... Saat anda lahir.. Anda sudah merasakan bahkan bertemu dgn tuhanmu... Dan jika anda ingin bertemu dgn tuhan anda.. Bisa.. Anda akan brrtemu tuhan anda saat ajal mnjemput anda..Saat anda pergi ke alam barza.. Jika kau ingin tau neraka seperti apa..Tetaplah di jalan anda.. Tapi jika anda ingin tau syurga.. anda tau apa maksud saya.. karna saya yakin.. Kita tercipta..Akan kembali pada penciptanya... sebagaimana anda .. meninggalkan ayah ibu anda.. Anda akan kembali pada mereka..Begitu juga kami umat beragama.. Yakin bahwa kami akan kembali pada pencipta kami. Allahu Akbar...

Unknown mengatakan...

Jika anda mengajak orang awan berdebat sudah pasti anda menang 1000% lalu mengapa anda tidak mengajak Dr.Zakir Naik untuk berdebat?

Unknown mengatakan...

Memang di bawah angka 1 adalah 0 lalu apakah 0 dapat di tambahkan layaknya angka 1? Lantas dari mana angka 1?

Cang Cing Cong mengatakan...
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
Kumpulan cerita ulama mengatakan...

Bagi yg ga percaya ada nya tuhan coba pikir siapa yg menciptakan gerak dan diam

Unknown mengatakan...

Dhio fajriand psti orang pintar, tpi tdk prnah merenung bagaimana alam semesta ini begitu sistematis, bahkan tubuh manusia jga sangat sistematis dan sempurna, bagaimana mungkin keadaan yang sistematis ini tdak ada yg menciptakan atau hnya terjadi dari sebuah kebetulan belaka. Semoga Allah memberi hidayah kepada Dhio, Amin.

Unknown mengatakan...

atheis atau bukan tak perlu diperpanjang. Urus saja pribadi masing masing dan selalulah berprinsip tidak mau mencampuri arau ingin tahu urusan orang lain atau merugikan orang lain. Dia yang atheis mengapa kita yang galau? memangnya dosa dosa mereka kita yang mau nanggung ? jangan buang waktu dan energi untuk merubah keyakinan seseorang karena setiap manusia memiliki pola pikir yang berbeda. Jika kita tak mau disindir orang lain soal keyakinan maka jangan menyindir keyajkinan orang lain. Perasaan manusia itu kan sama saja walaupun beragama atau tidak. yang beragama tetapi kerab melakukan kejahatan ya ada, Yang tidak beragama tapi selalu tahu jalan yang baik atau tidak juga ada. Mengapa musti diributkan?

Varokah mengatakan...

Oy Atheis
Tolong jawab pertanyaan saya ini :
Atheis itu tidak menerima hal yg ghoib? atau hanya menerima hal yg dapat dibuktikan, dan rasional
ini pertanyaan saya, JIKA ANDA ATHEIS, BUKTIKAN SECARA FISIK, CINTA, JELASKAN SECARA RASIONAL BAGAIMANA KITA CINTA TERHADAP SESEORANG ATAU SESUATU?

Varokah mengatakan...

lu lihat dari awal, si atheis yg memulai argumentasi
Jika semua orang di dunia ini memiliki prinsip, acuh tak acuh seperti yg anda katakan
saya keluar dari planet bumi, saya kecewa dengan manusia

Varokah mengatakan...

klo saja si dhio fajriand yg ngakunya "Atheis" tidak memulai argumentasi
bahkan kolom komentar akan sepi, mungkin saya atau anda tidak akan corat coret dikolom komentar ini

Unknown mengatakan...

Saya melihat postingan ini begitu -- jauh panggang dari api -- dan kalau orang2 disini menganggap ini "cerdas" .. apakah ada kemungkinan, ketika ditunjukkan, tidak menimbulkan marah doang doang, tanpa kesiapan berpikir?
Sungguh, maunya Abu Hanifah itu sebaiknya hidup lagi -- mungkin dia akan malu. Tapi orang yang menganggap omongan ini cerdas, apakah akan mempan? :)

Unknown mengatakan...

Ateis mana yang akan menanyakan pertanyaan pertanyaan sekampungan begituan? Pasti bukan ateis. Tidak ada ateis sedungu itu. Itu justru adalah pertanyaan pertanyaan teis.

Unknown mengatakan...

Untuk atheis...
Kalau pemahaman anda hanya bersifat nyata saja maka sebenarnya Anda tidak tidak nyata. Kenapa ? Karena Anda tidak hanya berkata tanpa berpikir, manusia yg nyata adalah yang pembicaraanya di pikir dulu,

Unknown mengatakan...

Untuk atheis...
Kalau pemahaman anda hanya bersifat nyata saja maka sebenarnya Anda tidak tidak nyata. Kenapa ? Karena Anda tidak hanya berkata tanpa berpikir, manusia yg nyata adalah yang pembicaraanya di pikir dulu,

Posting Komentar