Kebutuhan file audio dengan tingkat kompresi yang baik telah memunculkan berbagai macam format file audio, baik lossy compression (mp3, wma, aac,) maupun lossless compression (flac, m4a, als, monkey's audio). File audio yang terkompres ini, membutuhkan codec (code decode) atau software yang digunakan untuk mengompres atau mendekompres file audio sesuai dengan formatnya sehingga file audio dapat di-play. Tanpa adanya codec, file audio yang terkompres tidak lebih dari data mentah biasa.
Codec merupakan suatu software atau library, dan bukan Format file tertentu. Jika Anda pernah mengalami kesulitan untuk mem-play suatu format file tertentu (entah audio atau video) di komputer Anda, kemungkinan besar karena tidak ada codec yang sesuai di komputer tersebut sehingga file audio (atau video tersebut) tidak dapat di-dekompres. Beberapa software audio player menawarkan banyak codec sekaligus sehingga dapat mem-play berbagai macam file audio. Berikut ini adalah beberapa audio codec yang cukup populer:
1. Free Lossless Audio Codec (FLAC)
Developer: Xiph.Org Foundation, Josh Coalson
Rilis terakhir: 1.2.1 (17 Sept 2007)
Website: http://flac.sourceforge.net/
Istilah FLAC dapat mengacu pada 2 hal, yaitu suatu format file audio (.flac) dengan kompresi yang lossless, dan codec mendekompres file audio .flac. Untuk file audio dengan format .flac, ukurannya cukup besar dibandingkan dengan format audio dengan kompresi lossy seperti mp3, namun kualitas suara yang dihasilkan lebih jernih.
Sebagai codec, FLAC didistribusikan secara open source, dan dilengkapi dengan dokumentasi dan API bagi developer yang ingin membuat player buatan sendiri. Sistem operasi untuk FLAC, antara lain Windows, "unix" (Linux, *BSD, Solaris, OS X, IRIX), BeOS, OS/2, dan Amiga.
2. LAME
Developer: The LAME development team
Rilis terakhir: 3.98.2 (22 Sept 2008)
Website: http://lame.sourceforge.net/
LAME kepanjangan dari LAME Ain't an MP3 Encoder, untuk menunjukan bahwa pada awalnya LAME bukan encoder, melainkan suatu patch (modifikasi) dari sebuah encoder 8hz - MP3. Setelah beberapa pertimbangan, pada tahun 1998, Mike Chang (pembuat patch), mulai membuat dari awal suatu software yang didasarkan pada MPEG reference yang disebut "dist10". Tujuannya adalah meningkatkan kecepatan dari dist10, namun kualitasnya tetap terjaga. Proyek ini kemudian menjadi Lame 2.0. Saat ini, LAME dikenal sebagai codec untuk file MP3. Sepertinya halnya codec MP3 yang lain, LAME menerapkan teknologi encoding MP3 dengan batasan-batasan sesuai dengan paten dari MP3 yang dimiliki oleh Fraunhofer Society.
3. Windows Media Audio (WMA)
Developer: Microsoft
Website: www.microsoft.com/windows/windowsmedia/
Sama seperti FLAC, Windows Media Audio juga mengacu pada dua istilah, yaitu untuk format file audio yang dikembangkan oleh Microsoft (berekstensi .wma) serta codec untuk menjalankan file .wma, yang merupakan codec pesaing dari MP3 dan RealAudio.
Sebagai codec, Windows Media Audio merupakan codec yang paling umum di antara 4 WMA codec yang ada. Versi pertamanya dirilis tahun 1999, yang merupakan bagian dari teknologi Windows Media Technology 4.0. Saat itu, Microsoft mengklaim bahwa WMA dapat memproduksi file berukuran hanya separuh dari file MP3 dengan kualitas yang sama. Bukan itu saja, Microsoft mengatakan bahwa WMA mempunyai kualitas suara "mendekati CD audio 64 kbit/s".
4. Apple Lossless
Developer: Apple, Inc.
Website: http://www.apple.com
Apple Lossless (juga dikenal sebagai Apple Lossless Encoder, ALE, atau Apple Loassless Audio Codec, ALAC) merupakan suatu codec yang dikembangkan oleh Apple Inc. Untuk kompresi data musik digital yang bersifat lossless. Ekstensi untuk file audio dengan format Apple Lossless adalah .m4a, dan semua iPod player dapat menjalankan file dengan format Apple lossless ini. Apple mengklaim bahwa file audio yang dikompres dengan menggunakan codec Apple lossless akan menghasilkan ukuran separuh dari aslinya. Pengujian dengan menggunakan beberapa jenis musik menunjukkan bahwa file dapat terkompresi sebesar 40%-60%, dan kecepatan men- decode-nya cukup baik, terutama untuk perangkat limited power seperti iPod. Saat ini, Apple Lossless mendukung audio 16 dan 24-bit, serta multi-channel audio.
Encoder Apple Lossless kali pertama diperkenalkan sebagai komponen pada QuickTime 6.5.1 pada bulan April 2004, dan fitur ini dilanjutkan pada iTunes 4.5. Yang menarik, pada bulan Maret 2005, dua orang software engineering, David Hammerton dan Cody Brocious, melakukan analisis terhadap teknologi codec Apple Lossless ini tanpa dokumentasi apapun tentang Apple Lossless. Mereka berhasil membuat suatu decoder dalam bahasa C untuk menjalankan file dengan format Apple Lossless, dan dirilis dalam versi open source.
5. RealAudio
Developer: RealNetwork
Website: www.realnetworks.com
RealAudio merupakan format file audio yang bersifat proprietary (dimiliki oleh RealNetwork). Codec yang digunakan cukup bervariasi, mulai dari format low-bitrate yang dapat ditransfer melalui modem dial-up hingga format high-fidelity untuk musik berkualitas tinggi. RealAudio juga dapat digunakan untuk streaming (diplay dan di-download secara bersamaan). Pada beberapa tahun yang lalu, format RealAudio ini cukup populer digunakan oleh stasiun radio Internet untuk memancarkan program mereka melalui Internet. Bahkan, hingga saat ini BBC Radio menggunakan format RealAudio untuk menyiarkan program-programnya.
Versi awal dari RealAudio menggunakan protokol PNA atau PNM untuk mengirimkan data streaming, namun kemudian diganti, dan menggunakan standar Real Time Streaming Protocol. Dalam banyak kasus streaming, halaman web tidak langsung mengakses file RealAudio, namun di-link ke file .ram (RealAudio Metadata). Media player akan mengeksekusi dan menjalankan file .ram tersebut, yang di dalamnya terdapat link file audio.
6. Vorbis
Developer: Xiph.Org Foundation
Website: www.xiph.org
Format file audio untuk Vorbis berekstensi .ogg dan .oga. Format ini merupakan format yang cukup populer di kalangan pecinta free software. Bentuk kompresi yang ditawarkan adalah kompresi lossy yang implementasi serta codec-nya dapat digunakan dengan bebas, tanpa terikat dengan hak paten.
Karena sifatnya yang open source beberapa video game, seperti 18Wheels of Steels, Halo, Unreal Tournament 2004, Mafia: The City of Lost Heaven, Grand Theft Auto: San Andreas, Crimsonland, Devil May Cry 3, dan Live For Speed menggunakan format audio Vorbis pada game-nya. Beberapa stasiun radio, seperti CBC Radio, JazzRadio, Absolute Radio juga menggunakan Vorbis untuk audio streaming.
Sumber: Tabloid PCMild 26/2009
0 komentar: on "Mengenal Lebih Jauh tentang Codec Audio"
Posting Komentar