Selasa, 21 Agustus 2012

Kebenaran Al-Qur'an: Karya Allah dalam Hal-hal Alamiah

Manusia menganggap segala sesuatu merupakan hal-hal yang terjadi secara alamiah. Logika dari "bayangan disebabkan oleh adanya kehadiran Matahari" mencegah orang melihat keajaiban dalam hidup. Bagi kebanyakan orang, keajaiban adalah "rantai sebab-sebab alamiah." Berikut ini merupakan contoh bagaimana istilah ini datang:

Roti dibuat di toko roti. Roti terbuat dari tepung di toko roti. Tepung dibawa ke toko roti dari pabrik. Pabrik menerima tepung dalam bentuk gandum dari distributor. Distributor memperoleh gandum dari petani, dan petani memperoleh gandum dari tanah garapannya... Ada sistem sebab-sebab alamiah yang menyebabkan orang percaya Namun, jika dipikirkan secara jernih, rantai ini pada kenyataannya merupakan "rantai keajaiban" yang setiap detilnya telah ditetapkan oleh Allah.

Allah mengungkapkan dalam satu ayat bagaimana asal muasal Dia membuat matahari setelah selesainya penciptaan bayangan:

“Apakah kamu tidak memperhatikan (penciptaan) Rabbmu, bagaimana Dia memanjangkan (dan memendekkan) bayang-bayang; dan kalau Dia menghendaki niscaya Dia menjadikan tetap bayang-bayang itu, kemudian Kami jadikan matahari sebagai petunjuk atas bayang-bayang itu” (QS. Al-Furqan:45)

Jika dilihat dari peristiwa yang lain, mungkin terlihat sebagai hal yang cukup biasa-biasa saja bagi manusia tentang proses terbentuknya makhluk yang berasal dari kombinasi sperma dan sel telur, tetapi sebenarnya hal itu merupakan hal yang tidak biasa. Siapapun yang berpikir secara jujur tentang masalah ini akan menyadari bahwa peristiwa terbentuknya manusia yang berasal dari setetes cairan, dan dapat berubah menjadi manusia yang memiliki pikiran dan jiwa, merupakan merupakan keajaiban yang sungguh luar biasa. Mereka akan melihat dengan jelas bahwa Allah telah menciptakan manusia dan mewujudkannya dengan keajaiban besar. Kita dapat melihat dengan pikiran terbuka bahwa Allah memiliki seni kreatif yang sangat tinggi, dan seni tersebut bersifat nyata, pada apapun peristiwa-peristiwa yang akan terjadi nanti. Sebagaimana yang telah Allah katakan dalam ayat lain:

…"Apakah kamu kafir kepada (Rabb) yang menciptakan kamu dari tanah, kemudian dari setetes air mani, lalu Dia menjadikan kamu seorang laki-laki yang sempurna? Dialah Allah, Rabbku, dan aku tidak mempersekutukan seorangpun dengan Rabbku." (QS. Al-Kahfi:37-38)

Coba kita lihat, bumi sepertinya ditangguhkan dalam ruang besar kekosongan. Mungkin nampak biasa-biasa saja bagi Bumi untuk tetap diam di dalam dasar kehampaan melalui berbagai efek tarik-menarik di alam semesta, tetapi hal semacam itu merupakan hal yang tidak biasa. Dalam keadaan normal, seseorang akan menduga bahwa Bumi terseret ke Matahari karena gaya tarik gravitasinya, atau karena adanya keseimbangan yang terganggu di alam semesta. Tetapi hal itu tidak tepat. Planet kita yang besar ini tetap di orbit yang sama dan dengan keseimbangan yang sama, tidak rusak selama milyaran tahun di alam semesta yang tiada batas, tak terganggu oleh benda-benda luar angkasa yang lain dan dengan semua kondisi yang sangat mendukukung kehidupan, tidak dapat dijelaskan secara alamiah. Karena sebab-sebab alamiah bergantung pada keseimbangan yang sangat halus, selain itu ekuilibrium bumi tersebut bisa terganggu setiap saat. Memang, secara logika "asal muasal peristiwa alamiah," itu akan tampak lebih masuk akal jika bumi kemudian menjadi rusak dan lenyap. Namun kejadian itu tidak dapat terjadi secara alamiah dikarenakan atas perlindungan dan kasih sayang Allah. Dalam ayat lain, Allah mengungkapkan:

Dan Kami jadikan langit itu sebagai atap yang terpelihara, sedang mereka berpaling dari segala tanda-tanda (kekuasaan Allah) yang terdapat padanya. (QS.Al-Anbiya’:32)

Panas matahari mencapai bumi pada takaran yang pas untuk memenuhi kebutuhan manusia, mungkin juga dianggap sebagai hal yang biasa-biasa saja. Kenyataannya, cara sinar matahari mencapai Bumi kita meskipun jarak dan kehampaan yang sangat jauh di antara mereka adalah fenomena yang sangat penting dan bukanlah hal yang biasa. Pada lapisan ganda, terdapat ruang di antara dua permukaan untuk mencegah penyaluran panas. Jarak ini dimaksudkan untuk mengurangi hilangnya panas. Terlihat dalam istilah itu, dan teringat dalam pikiran kita bahwa ruangan yang hampa udara tidak dapat menularkan panas, sulit untuk dimengerti bagaimana panas dari matahari tetap dapat menjangkau kita tanpa adanya kehilangan panas dari peristiwa yang terjadi di luar angkasa tadi. Jika dilihat secara alami, hal ini seharusnya akan menghasilkan kemustahilan bagi panas matahari untuk bergerak melalui ruangan hampa udara. Melalui kehendak Allah, panas matahari dapat berpindah melalui luar angkasa ke bumi seolah-olah hal itu memang telah terkunci ke target akhirnya, yaitu bumi.

Apa yang dipikirkan oleh orang-orang tentang "rantai sebab-sebab alamiah" sebenarnya merupkan tanda-tanda yang mengarah kepada keimanan, dan memerlukan pemikiran yang mendalam. Tanda-tanda ini sangat penting sebagai gambaran yang ditujukan kepada orang-orang beriman agar lebih dekat kepada Allah.

Dari semua tanda-tanda yang tak terhitung jumlahnya dan mengarah kepada keimanan, coba berpikirlah mengenai keadaan mata kita. Mata memberi kita bentuk yang jelas pada setiap hal. Bahkan kamera paling sempurna pun tidak dapat melakukan operasi optik secara otomatis seperti lensa mata. Bahkan alat fokus otomatis dari kamera memerlukan usaha khusus yang cukup serius dan membutuhkan waktu yang agak lama agar dapat memunculkan gambar yang jelas. Ketika manusia melihat ke suatu tempat, bagaimanapun, ia tidak pernah berpikir "Saya sekarang harus menyesuaikan lensa di mata saya agar dapat melihat jarak yang jauh." Hal ini tentu saja tidak mungkin dapat dibayangkan bahwa penciptaan yang terperinci seperti itu dibentuk oleh lensa mata secara tidak sadar. Allah telah membuat cara kerja lensa secara alami dari melihat suatu objek dan dapat diterima oleh mata. Itulah Tuhan kita, Allah Yang Mahakuasa, yang menciptakan dunia yang terang, berwarna, dan hidup. Dunia yang selalu ada dalam pikiran kita. Dengan segala ciptaan-Nya, memang sudah seharusnya kita memuji-Nya.
Kalau Allah menghendaki, Dia bisa saja menciptakan segala sesuatu tanpa asal muasal. Keberadaan sebab-sebab alamiah sangat penting agar kita dapat memahami nikmat Allah yang tak terbatas. Cara alamiah tersebut dibuat saling bergantung satu sama lain dan merupakan bukti bahwa tidak ada yang dapat terjadi secara kebetulan. Allah menentukan segala hal dengan tepat dan sangat terperinci dengan Kebijaksanaan dan Keagungan-Nya.

read more...

Kebenaran Al-Qur'an: Tentang Keajaiban Hujan



Hujan merupakan salah satu perkara terpenting bagi kehidupan di muka bumi. Ia merupakan sebuah prasyarat bagi kelanjutan aktivitas di suatu tempat. Hujan–yang memiliki peranan penting bagi semua makhluk hidup, termasuk manusia–disebutkan pada beberapa ayat dalam Al-Qur’an mengenai informasi penting tentang hujan, kadar dan pengaruh-pengaruhnya.

Informasi ini, yang tidak mungkin diketahui manusia di zamannya, menunjukkan kepada kita bahwa Al-Qur’an merupaka kalam Allah. Sekarang, mari kita kaji informasi-informasi tentang hujan yang termaktub di dalam Al-Qur’an.

Kadar Hujan

Di dalam ayat kesebelas Surat Az-Zukhruf, hujan dinyatakan sebagai air yang diturunkan dalam “ukuran tertentu”. Sebagaimana ayat di bawah ini:

“Dan yang menurunkan air dari langit menurut kadar (yang diperlukan) lalu kami hidupkan dengan air itu negeri yang mati, seperti itulah kamu akan dikeluarkan (dari dalam kubur).” (QS. Az-Zukhruf, (43):11)

“Kadar” yang disebutkan dalam ayat ini merupakan salah satu karakteristik hujan. Secara umum, jumlah hujan yang turun ke bumi selalu sama. Diperkirakan sebanyak 16 ton air di bumi menguap setiap detiknya. Jumlah ini sama dengan jumlah air yang turun ke bumi setiap detiknya. Hal ini menunjukkan bahwa hujan secara terus-menerus bersirkulasi dalam sebuah siklus seimbang menurut “ukuran” tertentu.

Pengukuran lain yang berkaitan dengan hujan adalah mengenai kecepatan turunya hujan. Ketinggian minimum awan adalah sekitar 12.000 meter. Ketika turun dari ketinggian ini, sebuah benda yang yang memiliki berat dan ukuran sebesar tetesan hujan akan terus melaju dan jatuh menimpa tanah dengan kecepatan 558km/jam. Tentunya, objek apapun yang jatuh dengan kecepatan tersebut akan mengakibatkan kerusakan. Dan apabila hujan turun dengan cara demikian, maka seluruh lahan tanaman akan hancur, pemukiman, perumahan, kendaraan akan mengalami kerusakan, dan orang-orang pun tidak dapat pergi keluar tanpa mengenakan alat perlindungan ekstra. Terlebih lagi, perhitungan ini dibuat untuk ketinggian 12.000 meter, faktanya terdapat awan yang memiliki ketinggian hanya sekitar 10.000 meter. Sebuah tetesan hujan yang jatuh pada ketinggian ini tentu saja akan jatuh pada kecepatan yang mampu merusak apa saja.

Namun tidak demikian terjadinya, dari ketinggian berapapun hujan itu turun, kecepatan rata-ratanya hanya sekitar 8-10 km/jam ketika mencapai tanah. Hal ini disebabkan karena bentuk tetesan hujan yang sangat istimewa. Keistimewaan bentuk tetesan hujan ini meningkatkan efek gesekan atmosfer dan mempertahankan kelajuan tetesan-tetesan hujan krtika mencapai “batas” kecepatan tertentu. (Saat ini, parasut dirancang dengan menggunakan teknik ini).

Tak sebatas itu saja “pengukuran” tentang hujan. Contoh lain misalnya, pada lapisan atmosferis tempat terjadinya hujan, temperatur bisa saja turun hingga 400oC di bawah nol. Meskipun demikian, tetesan-tetesan hujan tidak berubah menjadi partikel es. (Hal ini tentunya merupakan ancaman mematikan bagi semua makhluk hidup di muka bumi.) Alasan tidak membekunya tetesan-tetesan hujan tersebut adalah karena air yang terkandung dalam atmosfer merupakan air murni. Sebagaimana kita ketahui, bahwa air murni hampir tidak membeku pada temperatur yang sangat rendah sekalipun.

Pembentukan Hujan

Bagaimana hujan terbentuk tetap menjadi misteri bagi manusia dalam kurun waktu yang lama. Hanya setelah ditemukannya radar cuaca, barulah dapat dipahami tahapan-tahapan pembentukan hujan. Pembentukan hujan terjadi dalam tiga tahap. Pertama, “bahan mentah” hujan naik ke udara. Kemudian terkumpul menjadi awan. Akhirnya, tetesan-tetesan hujan pun muncul.

Tahapan-tahapan ini secara terperinci telah tertulis dalam Al-Qur’an berabad-abad tahun lalu sebelum informasi mengenai pembentukan hujan disampaikan:

“Allah, dialah yang mengirimkan angin, lalu angin itu menggerakkan awan dan Allah membentangkannya di langit menurut yang di kehendakinya, dan menjadikannya bergumpal-gumpal: lalu kamu lihat hujan keluar dari celah-celahnya, maka apabila hujan itu turun mengenai hamba-hambanya yang di kehendakinya, tiba-tiba mereka menjadi gembira.” (QS. Ar-Rum, (40):48)

Sekarang, mari kita lihat pada tiga tahapan yang disebutkan dalam Al-Qur’an:

Tahap Pertama: “ Allah, dialah yang mengirimkan angin…..”

Gelembung-gelembung udara yang tidak terhitung jumlahnya dibentuk oleh buih-buih di lautan yang secara terus-menerus pecah dan mengakibatkan partikel-partikel air tersembur ke udara menuju ke langit. Partikel-partikel ini –yang kaya akan garam– kemudian terbawa angin dan bergeser ke atas menuju atmosfer. Partikel-partikel ini (disebut aerosol) membentuk awan dengan mengumpulkan uap air (yang naik dari lautan sebagai tetesan-tetesan oleh sebuah proses yang dikenal dengan “JebakanAir”) di sekelilingnya.

Tahap Kedua : “…..lalu angin itu menggerakkan awan dan Allah membentangkannya di langit menurut yang di kehendakinya, dan menjadi bergumpal-gumpal…..”

Awan terbentuk dari uap air yang mengembun di sekitar kristal-kristal garam atau partikel-partikel debu di udara. Karena tetesan-tetesan air di sini sangat kecil (dengan diameter antara 0,01-0,02 mm), awan mengapung di udara dan menyebar di angkasa. Sehingga langit tertutup oleh awan.

Tahap Ketiga : “….lalu kamu lihat hujan keluar dari celah-celahnya, maka apabila hujan itu turun.”

Partikel-partikel air yang mengelilingi kristal-kristal garam dan partikel-partikel debu mengental dan membentuk tetesan-tetesan hujan. Sehingga, tetesan-tetesan tersebut, yang menjadi lebih berat dari udara, meninggalkan awan dan mulai jatuh ke tanah sebagai hujan.

Setiap tahap dalam pembentukan hujan disampaikan dalam Al-Qur’an. Terlebih lagi, tahapan-tahapan tersebut dijelaskan dalam runtutan yang benar. Seperti halnya fenomena alam lain di dunia, lagi-lagi Al-Qur’an lah yang memberikan informasi yang paling tepat tentang fenomena ini, selain itu, Al-Qur’an telah memberitahukan fakta-fakta ini kepada manusia berabad-abad sebelum sains sanggup mengungkapnya.

-- Harun Yahya
read more...